Sabtu, 03 Desember 2011

Analisis Teks Tertulis 1



Pengantar
Berikut ditampilkan tugas terjemahan dari kelompok 2 ( Saifullah, Hilman, Jumanta, Najiullah, Muhit, dan Ifat Syariftiyani). Kelompok ini membahas tentang deskripsi sistematis, keterbacaan, penyampaian ide, preposisi, koherensi. Semua elemen tersebut dibahas dalam upaya menganalisis dan memahami suatu teks.
Selamat membaca dan menelaah.
HS
==================================================================

Analisis Teks Tertulis (Kelompok 2 : Page 6-12)
(by : Saifullah, Hilman, Jumanta, Najiullah, Muhit, Ifat Syariftiyani)

           Tujuan dari analisis teks tertulis adalah untuk menyampaikan  deskripsi sistematis yang memberikan dasar untuk membandingkan teks tertulis dengan satu sama lain. Tapi jenis deskripsi seperti apa ? Ada sejumlah masalah yang harus dipertimbangkan dalam menjawab pertanyaan ini, yang paling penting adalah pertanyaan apa yang akan peneliti tujukan/ alamatkan dengan analisis. Jika peneliti tertarik pada berapa banyak teks mahasiswa dapat mengingat seperti teks yang disajikan, menghitung jumlah kata yang dapat dibuat dalam urutan dan posisi yang diperlukan.Tentu saja jumlah kata bisa menjadi lebih kompleks (misalnya; jika lokasi dalam teks     ( awal, tengah, akhir) adalah  penting). Memang, tugas memori awal untuk teks yang ditulis menggunakan metode kata-menghitung (Clark, 1940, dikutip dalam Carroll, 1972; Gromulicki, 1956; King, 1960, 1961 dikutip dalam Carroll, 1972). Menghitung kata dapat juga berguna jika dalam ukuran sederhana pada teks tertulis yang ada. 
           Alasan umum untuk mendeskripsikan secara sistematis teks tertulis adalah untuk menentukan kesulitan membaca sebuah kutipan pendek, merujuk pada kutipan pendek yang terbaca. Bentuk bacaan sederhana seperti indeks “Flesch Reading Ease” menjadi ekstensif menggunakan kompleksitas kata (diperoleh melalui jumlah sylabus ), jumlah kalimat, dan jumlah kalimat per 100 kata. (Lihat Klare, 1974-5). Namun, bentuk keterbacaan tidak sesuai baik dengan seberapa mudah teks  untuk memahami konsep dan ide. Salah satu alasannya yang membuat adanya hubungan antara ide-ide juga hasil dalam kalimat yang panjang.


Bandingkan contoh berikut :
1.     Hujan deras pada hari Sabtu. Jalan runtuh/rusak.  
1a. Jalan rusak karena hujan deras pada hari Sabtu. 
           Meskipun (kalimat1a) kalimat panjang, pembaca kalimat lebih mudah memahami hubungan sebab akibatnya, daripada kalimat 1 (Pearson, 1974-1975). 
           Rumus keterbacaan tradisional juga gagal untuk membandingkan kemudahan dari konsep-konsep dalam kutipan pendek. Baru-baru ini, lexile telah digunakan untuk menilai pembacaan (Stenner & Wright, 2002). Lexile menentukan keterbacaan menggunakan kalimat panjang dan frekuensi kata. Frekuensi kata adalah Indeks kasar kemudahan konsep dan masih banyak digunakan. (Untuk informasi tambahan, lihat www. Lexile.com) dalam menambah pemahaman pembaca pada sebuah topik kutipan pendek, rumus keterbacaan tidak memperhitungkan teks secara keseluruhan. Artinya, teks-teks memiliki struktur umum yang menghubungkan kata dan kalimat. Hal ini sangat jelas, misalnya, bahwa makna teks adalah sepenuhnya berbeda ketika kita menyusun ulang sebuah kalimat. 
           Untuk mengfigurkan keterbatasan deskripsi teks yang hanya didasarkan pada formula keterbacaan, kita hanya perlu merujuk kembali ke contoh teks 1 dan 2. Sejumlah perbedaan yang kita catat akan tertutupi jika  kita melihat jumlah kata dan indeks terbaca. data relevan 190  (teks 1) vs 201 (teks 2) kata-kata; 12 vs 11 kalimat; 15,8 dibandingkan 18,2 kata per kalimat; 6 dibandingkan 5,5 kalimat per paragraf; 47,3 dibandingkan 58 untuk Flesch Reading Ease; 10,5 dibandingkan 9,6 untuk tingkat kelas Flesch Kincaid, dan 970 dibandingkan 1030 untuk ukuran Lexile. 
           Dalam data sebenarnya, 2 teks tersebut sulit untuk dibedakan. Jadi, formula keterbacaan hanya pada deskriptif dan indeks komparatif dan kehilangan banyak karakteristik penting dari teks. 
           Biasanya, ide-ide dalam teks dan keterkaitannya yang menarik untuk disampaikan penulis. Beberapa ide bisa disampaikan dalam satu atau dua kata; lainnya memerlukan beberapa kalimat dan paragraf. Lalu bagaimana kita secara sistematis mengfigurkan isi ide dan struktur  teks tertulis ? 
secara umum analisis peneliti berdasar pada bentuk proposisi, sebuah konstruksi yang muncul dalam karya dari sejumlah ahli bahasa, psikolog, dan ilmuwan komputer selama 1970-an (misalnya, Anderson, 1976; Fillmore, 1968; Frederiksen, 1975; W. Kintsch, 1974; Kieras, 1981; W. Kintsch & van Dijk, 1978; Meyer, 1975; Schank, 1972; van Dijk, 
1972). Formulasi luas yang digunakan, dan yang kita dukung, adalah bahwa Kintsch dan van Dijk (1978).  Secara khusus, van Dijk dan Kintsch (1983) mendefinisikan proposisi sebagai unit teoritis yang sesuai dengan makna klausa. 
           Sebuah teks dihasilkan dengan mengorganisir bentuk proposisi yang berasal dari klausa dan kalimat dalam teks. Berbagai bentuk pengorganisasian proposisi termasuk daftar hirarkis/urutan, hubungan semantik, atau hubungan prosedural. Proposisi sendiri terdiri dari konsep sederhana atau proposisi atomik dan skema proposisional (atau proposisi kompleks) ke dalam proposisi atomik yang disusun. Skema proposisional terdiri dari predikat dan satu atau banyak argumen. Predikat merupakan verba utama (kata kerja) dari klausa atau hubungan antara klausa. Argumen memiliki peran fungsional sehubungan dengan predikat (misalnya; agen, pasien,  objek lokasi) atau terdapat skema proposisional. 
           Sebuah proposisi mengacu pada keadaan, suatu peristiwa atau tindakan. Psikologis klausul skema proposisional telah dibuktikan dalam berbagai studi penelitian, meskipun kita tidak akan meninjaunya sekarang (Anderson & Bower, 1973; Graesser, 1981; Kintsch & Keenan, 1973; Ratcliff & McKoon, 1978).
Pada figur 1, kita menyajikan sebuah skema dari skema proposisional kalimat pertama dalam contoh teks 1, Pada musim semi tahun 1999, pembangkit kekuatan tenaga nuklir baru di kota Bregsville memasuki operasi. Untuk menghasilkan representasi proposisional ditunjukkan pada Figur. 1, kita menganalisis unsur-unsurnya dan memutuskan apakah itu suatu peristiwa atau suatu negara. Seperti ditunjukkan dalam Figur. 1, keputusannya kita mencapai pada bahwa hal itu adalah EVENT (peristiwa). Keputusan ini didasarkan pada pemahaman kita bahwa kata-kata went into operation sebuah perubahan dalam keadaan  tertentu, dalam hal ini pembangkit kekuatan tenaga nuklir baru. Karena itu merupakan benda mati, kita anggap tanaman sebagai sebuah Object. Kita juga tahu bahwa peristiwa terjadi dalam waktu dan ruang dan memang kalimat pertama memberikan informasi. Waktu dan tempat adalah indikator dari situasi. Struktur skema proposisional menyampaikan hubungan. Tapi skema pada Figur. 1 tidak secara akurat mencerminkan tingkat analisis atom.Tingkat atom, dihasilkan dari analisis lebih lanjut dari frase dalam skema, ditampilkan di kutipan pendek bawah Figur. 
           1. Tingkat atom dapat dianggap tingkat dasar, inti dari makna dan meskipun dapat berguna dari perspektif linguistik atau filosofis, seringkali terlalu rinci untuk mencari pemahaman dan pembelajaran. Tujuan kita biasanya mewakili proposisi di tingkat yang lebih bawah ditunjukkan pada Figur. 1. 
           Figur 2 menunjukkan kalimat yang sama direpresentasikan sebagai hubungan semantik. Kita telah menghilangkan link tak  berlabel tetapi akan diberi label dengan objek, waktu, dan lokasi. Meskipun berguna untuk menyusun/mengembangkan beberapa kalimat di tingkat yg ditunjukkan pada Figur 1, sering tidak praktis untuk membuat struktur tersebut untuk setiap kalimat dalam teks tertulis. Cara khusus membuat proposisi dari teks adalah sebagaimana berikut ini:
i.            went into operation (OBYEK: pembangkit kekuatan nuklir baru, WAKTU: ii, TEMPAT:iii) 
ii.          di musim semi 1999
iii.        di kota Bregsville

            Mengacu pada proposisi berlabel i  sebagai proposisi predikat, ii dan iii menentukan waktu dan tempat peristiwa. Kita menggunakan hubungan untuk menunjukkan bahwa proposisi ii dan iii adalah sub-ordinate proposisi predikat.  Berdasarkan analisis wacana, mungkin ada tambahan bentuk proposisi kata sifat dari plant. Sebagai contoh, iv. Type of plant: kekuatan nuklir, dan v. MOD Plant: baru. Ini juga akan menunjukkan kejadia/peristiwa penting. Tingkat detail yang diperlukan dalam spesifikasi proposisi tergantung pada pertanyaan yang dialamatkan peneliti. 
           Kalimat berikutnya dalam paragraf akan sama direpresentasikan, seperti ditunjukkan dalam Figur 3. Dalam kalimat 2, ada dua klausa hubungan sebab akibat, yang ditunjukkan pada figur “Because” simbul (melintas-persegi panjang). Argumen power plant pada kalimat 1 dan 2; berlawanan dengan tampilan pada Figur. 3 dengan memiliki simbul, berbayang untuk penekanan) terkait dengan predikat setiap kalimat. Demikian pula, kalimat 2 dan 3 berbagi argumen (wilayah dan lingkungan lokal). Memahami hubungan ini membutuhkan resolusi rujukan untuk kata ganti They dalam kalimat 3.   simbul berlawanan dalam daftar format bisa menjadi berantakan namun  sering digunakan untuk menunjukkan kalimat yang tumpang tindih. Ilustrasi ini dapat ditemukan di sejumlah makalah yang diterbitkan (misalnya; Goldman & Varnhagen, 1986; Goldman, Varma, & Cote, 1996; Goldman, Varma, Sharp, & CTGV, 1999; Trabasso & van den Broek, 1985). 
           Jika kita melakukan proses ditunjukkan dalam Figur. 2 dan 3 untuk membedakan kalimat dalam paragraf dan kutipan pendek, hasilnya akan menjadi hubungan yang terorganisir atau daftar proposisi terhubung atas dasar hubungan yang berarti antara ide-ide. Mengorganisir klausul individu menjadi sebuah hubungan tergantung pada hubungan semantik di antara ide-ide, sering menghasilkan tingkatan struktur terorganisir ide super dan sub-ordinasi ide. Judul dan beberapa kalimat pertama biasanya membangun konsep-konsep yang kemudian diulang di seluruh kutipan pendek sebagai informasi lebih lanjut yang dimaksud. Selanjutnya informasi yang masuk menjangkau konsep yang membentuk subordinate atau relasi/hubungan, seperti digambarkan dalam Figur. 1, 2 dan 3. 
           Beberapa kalimat yang memiliki adjektif /hubungan kalimat  memuat superordinate, tematik pada kutipan pendek. (misalnya..; Goldman, Varma, & Cote, 1996; W. Kintsch & van Dijk, 1978; Meyer, 1975). 
           Teks yang klausa individunya terhubung secara eksplisit memiliki kohesivitas tinggi (Halliday & Hasan, 1972). Contoh 1A, dibahas sebelumnya, merupakan kalimat yang sangat kohesif. 
           Koherensi adalah tercermin dalam keterkaitan antara proposisi dalam representasi pembaca. Dalam Contoh 1, pembaca mungkin menyimpulkan hubungan sebab-akibat yang eksplisit dalam 1A, dalam hal ini representasi akan sama koheren untuk 1 dan 1A. Demikian pula, pada Figur. 3, kita mencatat bahwa pembaca perlu membuat referensi anaforis untuk menyelesaikan rujukan untuk They dalam kalimat 3. Jika pembaca tidak membuat hubungan itu, pembaca mungkin membuat satu di antara Tupelo River dalam kalimat 2 dan river di kalimat 3, kesimpulan yang didasarkan pada sungai tertentu menjadi contoh atau contoh umum kelas sungai. Jika pembaca gagal membuat  anaforis atau kesimpulan umum-untuk-spesifik dua kalimat akan menjadi tidak berhubungan dan kesenjangan dalam hubungan lokal yang ada. Kurangnya koherensi dalam 'pembaca representasi teks membuat sulit untuk memahami makna teks secara keseluruhan; informasi tetap dalam potongan-potongan kalimat, apalagi untuk berbicara. 
           Untuk mendorong pengembangan representasi yang koheren, tkes sering terdapat isyarat (kohesif perangkat) dalam teks. Hal ini seharusnya membuat lebih mudah untuk membangun koherensi tapi hanya untuk pembaca yang memahami bagaimana menafsirkan isyarat (Goldman & Rakestraw, 2000). Teks-teks yang memiliki sedikit perangkat kohesif  memungkinkan pembaca mengisi beberapa ide. Dengan begitu,  mensyaratkan pembaca harus memiliki pengetahuan sebelumnya yang diperlukan dari domain konten atau pengetahuan tentang jenis teks. Jika  tidak, maka pemahamannya tidak baik. Seperti yang  diharapkan, pemahaman pembaca yang tahu sedikit tentang topik teks dibantu by kohesif teks. 
           Namun, para peneliti telah menemukan bahwa pembaca yang memiliki pengetahuan tinggi akan mencapai pemahaman yang lebih dalam sebuah teks yang kohesinya tidak jelas dibandingkan dengan teks yang kohesinya eksplisit (E. Kintsch, 1990; McNamara, Kintsch, Songer & Kintsch, 1996; Voss & Silfies, 1996).  Analisis wacana memungkinkan peneliti untuk membandingkan teks-teks dalam hal struktur proposisional  dan kemudahan yang berhubungan pada proposisi, maka koherensi, dapat dicapai. 
           Aturan (peran) Pengetahuan Sebelumnya. Mengapa harus terjadi bahwa pembaca dengan pengetahuan yang tinggi dapat mencapai pemahaman yang lebih ketika mereka harus membuat koherensi ? Menjawab pertanyaan ini melibatkan diskusi kita tentang representasi teks tingkat interpretatif. 
Para peneliti di awal 1980-an mengakui perbedaan antara menciptakan representasi teks sendiri dan mengintegrasikan informasi dalam teks dengan pengetahuan sebelumnya, sehingga membangun representasi dari situasi yang dijelaskan oleh teks. Representasi dari teks itu sendiri, berlabel textbase (teks dasar), adalah apa yang  telah kita bentuk selama ini (lihat Figur. 3).
           Representasi situasi disebut sebagai mental (Johnson-Laird, 1983) atau model situasi (van Dijk & Kintsch, 1983) dan mencerminkan interpretasi pembaca dari makna teks (Perfetti, 1989), dibentuk dengan mengintegrasikan pengetahuan sebelumnya dengan ide-ide dalam textbase tersebut. Interpretasi terjadi melalui elaborasi, penjelasan, dan proses evaluatif. Untuk menyimpulkan bahwa pembelajaran telah terjadi, bukti dari model representasi situasi diperlukan (W. Kintsch, et al, 1993;.. McNamara, et al..., 1996). Penilaian pembelajaran yang melibatkan reproduksi atau memori ingatan; pembaca perlu menunjukkan bahwa mereka telah membentuk sebuah model yang koheren dari situasi yang dijelaskan dalam teks. Hal ini dapat ditunjukkan dalam berbagai cara seperti dengan menerapkan informasi untuk situasi baru, memberikan penjelasan verbal atau menjelaskan illustrasi cara kerja sesuatu (misalnya, Chi).

3 komentar:

  1. Mohon kesediaan kelompok 2 untuk prsentasi hari Sabtu 10 Des 2011. Silakan tampilkan pada power point.

    BalasHapus
  2. Sebuah Analisis yang baik...
    Sekedar usul... untuk memudahkan pencarian artikel (tugas yang telah dipublish), Barangkali ada baiknya bila blog ini dipasang LABEL atau KATEGORI... Mudah-mudahan berkenan

    BalasHapus