Sabtu, 03 Desember 2011

Encang Zamakhsyari: Analisis Artikel di Media Massa

 
Judul Artikel   : TNUK dalam Degradasi Ekologis
Penulis            : Herman Fauzi (Ketua Forum LSM Peduli Ujung Kulon dan Ketua LSM Pusaka Banten)
Tgl Terbit        : Jumat, 28 Oktober 2011Surat Kabar     : RADAR BANTEN (dalam kolom “Wacana Publik”)
Dalam menganalisis artikel media massa, ada tiga yang sering dilakukan oleh banyak peneliti atau analis media yaitu: positivisme-empiris, konstruktivisme dan paradigma kritis (Lutfhi, 2009). Dari ketiga jenis tersebut, analis menggunakan jenis konstruktivisme, bisa juga disebut analisis wacana atau “Analisis Framing” yaitu upaya pengungkapan maksud dan makna tertentu yang tersembunyi dan menekankan pada pemaknaan teks daripada tata aturan kalimat, bahasa dan lainnya. Dasar yang dipakai adalah interpretasi, karena analisis framing merupakan bagian dari metode interpretative yang mengandalkan interpretasi dan penafsiran peneliti. Selain itu, untuk mempermudah, analis juga menggunakan prinsip yang baku yaitu 5 W + 1 H (Lutfhi, 2009).



 

Dalam artikel tersebut, penulis menjelaskan bahwa Yayasan Badak Indonesia (Yabi) yang diseponsori oleh International Rhino Foundation (IRF) dan didukung oleh Dirjen Kehutanan dan Keanekaragaman Hayati dan Balai Taman Nasional Ujung Kulon mendirikan proyek yang dinamakan Java Rhino Study Conservation Area (JRSCA) atau Javanese Rhino Sanctuary (JRS) untuk melakukan penyelamatanterhadap  Badak Jawa yang nantinya akan menggunakan kurungan kawat beraliran listrik, akan tetapi menghancurkan puluhan hektar hutan dan kawasan konservasi TNUK yang dilindungi Undang-undang (UU/5/1990 dan UU/41/1999).
Menurut penulis, terdapat sedikitnya 800 pohon lokal berusia ratusan tahun tumbang dibulldozer dan puluhan hektar hutan hancur selama bulan Juli - Agustus 211. Mereka melakukan clearing pembangunan jalan sepanjang 20 kilometer dengan lebar badan jalan 9-10 meter dari Cilintang sampai Aermokla di Gunung Honje. Bulldozer dan eskapator di TNUK mengeruk  pepohonan dan permukaan tanah, mengakibatkan jaring-jaring ekologi rusak dan juga jutaan habitat satwa kecil mengalami kehancuran.
Dengan tumbangnya ratusan pohon -- yang semula membentuk formasi hutan alam dengan sistem ekologinya yang unik melalui proses evolusi sejak ratusan tahun -- tak akan lagi tergantikan. Ini merupakan kerugian ekologis yang tak ternilai harganya. Padahal setiap sepesies sangat tergantung pada keamanan habitat dan memiliki peranan penting bagi kelangsungan ekosistem. Di pihak lain lebih 40 hektar tegakan pohon langkap (Arengan obtusifolia) ditumbangkan, karena dianggap sebagai ancaman terhadap pakan Badak jawa. Jenis-jenis pohon lain yang hidup di bawahnya pun ditebas.
Di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), bukan hanya habitat Badak jawa saja yang hidup, tetapi juga macan tutul (Pantera pardus), Surili (Presbytis ayqula), anjing hutan (Cuon alpines). Jaralang (Ratufa bicalor) dan Banteng (Bos Javanicus). Selain itu TNUK merupakan habitat bagi 30 jenis mamalia, 21 jenis reptile, 17 jenis ampibia dan 270 jenis burung. Dari berbagai jenis burung yang ada sudah banyak yang tergolong langka, diantaranya Elang, Merak, Rangkong, Julang, Ekek, Gelatik dsb. Satwa tersebut yang semestinya menjadi prioritas untuk segera dilindungi, bukan Badak jawa yang selama ini habitatnya relative aman, karena selama tiga puluh tahun terakhir, belum pernah mendengar ada badak jawa mati kelaparan di TNUK, keculai karena virus dan pemburuan.
Penulis mengemukakan tiga alasan penolakan JRSCA/JRS: Pertama, TNUK merupakan rumah bersama bagi seluruh flora, fauna dan gen plasma yang telah memberikan kesejahteraan ekologis di dalamnya. Kedua, TNUK merupakan sumber plasma yang kaya, tetapi dengan perusakan hutan, satu per satu spesies menuju kepunahan. Makhluk-makhluk kecil sejenis burung dan serangga merupakan jenis satwa yang rentan perubahan ketika habitatnya mengalami kerusakan. Ketiga, sebelum Ujung Kulon ditetapkan menjadi Taman Nasional pada bulan Mei 2004, di sekitar Gunung Honje telah ada masyarakat menggarap lahan dan turut andil dalam pelestarian kawasan konservasi itu. Tetapi project JRS/JRSCA menghancurkan kehidupan penduduk dimana puluhan hektar sawah dan kebun campuran serta ratusan pohon kelapa sebagai sumber pendapatan mereka dibulldozer tanpa ganti rugi yang wajar. Apalagi kalau pembangunan proyek tersebut dilanjutkan, maka akses masyarakat untuk bekerja di hutan akan berakhir dan itu berarti menambah deret pengangguran yang tidak terpikirkan melalui nalar sehat.
Penulis beranggapan bahwa proyek JRS merupakan suatu kecerobohan berpikir dan absurd yaitu dengan menyelamatkan Badak jawa tetapi menghancurkan TNUK serta memusnahkan flora dan fauna yang hidup di dalamnya. Dikatakan absurd, karena ketidakpedulian pihak pengelola yaitu YBI, IRF serta pihak yang terkait didalamnya yang tidak memperhatikan masalah ekologi dan lebih mementingkan terlaksananya proyek yang hanya menyelamatkan badak jawa dari kepunahan.
Selain itu, penulis juga menjelaskan kerugian jangka panjang apabila proyek tersebut dijalankan, yaitu akan menghancurkan kepunahan Badak jawa sendiri dan kerugian bagi bangsa Indonesia dan Dunia. Penulis menjelaskan, kondisi bumi cenderung semakin panas, dan ketika akan turun hujan geledek dan halilintar dapat menyambar arus listrik, maka badak jawa panik. Dalam kepanikan, satwa itu akan mengamuk dan menabrak pagar kawat, kemudian tergulung kawat beraliran listrik, maka satwa langka itu akan mati. Selama ini belum ada pengukuran kekuatan badak di kala panik, karena di TNUK tak ada ahli badak jawa professional, kebanyakan pemanfaat yang mencari kehidupan.
Selain itu, proyek tersebut tidak demokratis dan terkesan dipaksa untuk memenuhi keinginan segelintir orang. Secara moral sangat tidak mausiawi dengan memperlakukan hewan secara tidak lazim. Padahal geografis pemagaran itu dikelilingi laut di sebelah barat. Ketika suhu panas bumi terus naik dan gelombang laut meninggi, maka ada gempa kecil saja akan menenggelamkan satwa langka itu, karena Badak jawa tidak bisa kemana-mana. Apalagi kalau halilintar membuat korsleting listrik dan membakar sampah hutan di sekitarnya, maka terjadi kebakaran yang sudah sering terjadi. Tidak mustahil, ketika terjadi kebakaran hutan Badak jawa akan terpanggang dalam lingkaran pagar beraliran listrik. Jika itu terjadi, maka berakhirlah riwayat satwa langka bercula satu di Ujung Kulon akibat kecerobahan.
Kesimpulan Analisis
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa penulis berusaha mempengaruhi pembaca mengenai adanya degradasi ekologis yang ada di Taman Nasional Ujung Kulon. Sehingga artikel tersebut termasuk kedalam jenis artikel argumentatif, dimana penulis berusaha meyakinkan atau mempengaruhi pembaca untuk menerima dan menyetujui pendapat penulis dengan disertai fakta, bukti, alasan yang objektif yang menguatkan serta mengemukakan sebab akibat tentang suatu hal. Karangan argumentasi berusaha mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat penulis dengan disertai bukti dan fakta (benar-benar terjadi).Tujuannya adalah agar pembaca yakin bahwa ide, gagasan, atau pendapat tersebut adalah benar dan terbukti (Anonymous, 2009).
Dalam penyampaian argumennya, penulis cukup berani dalam memberikan istilah atau melakukan judgment, misalnya mengatakan bahwa proyek tersebut dikatakan langkah yang naïf karena hanya mendatangkan keuntungan untuk segelintir orang. Selain itu, penulis mengatakan bahwa pihak terkait kurang berpikiran waras, yang tidak memahami kawasan Gunung Honje memiliki tingkat kesuburan yang rendah,
Ulasan yang disampaikan penulis mengenai tidak adanya survey terlebih dahulu dan partisipasi penduduk Indonesia untuk diminta pendapatnya setuju atau tidak dalam menjalankan proyek tersebut. Jika ditinjau lebih lanjut, apabila proyek tersebut melibatkan partisipasi masyarakat luas tentu akan menimbulkan konflik karena adanya pebedaan pendapat dan bisa menjadi isu sosial, bahkan kemungkinan besar akan dipolitisi oleh segelintir orang.
Terdapat beberapa hal yang sekiranya hal tersebut sedikit berpengaruh, diantaranya:
-          Penulis kurang menjelaskan terlebih dahulu tentang apa dan bagaimana proyek JRS dan lebih banyak menjelaskan mengenai dampak negative dan kerugian besar apabila proyek tersebut tetap dilanjutkan.
-          Fakta – fakta dan argument yang disampaikan cukup jelas, akan tetapi akan lebih objektif apabila ada penambahan dari ahli lainnya.
-          Penulis kurang memberikan solusi yang lebi efektif apabila proyek tersebut tidak dijalankan atau bagaimana cara supaya tetap bisa melindungi badak jawa dan melestarikannya tanpa memusnahkan TNUK beseta mahkluk hidup yang ada di dalamnya. 
-          Jika sekedar penyelamatan Badak jawa tidak perlu menghancurkan hutan sebagai habitat jutaan makhluk hidup di kawasan itu. Akan lebih efektif meminta bantuan militer, termasuk kepolisian untuk menjaga kawasan, bila saja seluruh petugas di TNUK tidak mampu lagi mengamankannya.
-          Ditambah lagi, pada paragraf terakhir, penulis menjelaskan tentang kondisi bumi dan kepanikan Badak jawa yang dimasukan ke dalam kurungan listrik terkesan kurang logis karena tidak disertai alasan ilmiah dan hanya pendapatnya saja.
Referensi :
Anonymous. (Februari 2009). Ciri Tulisan Narasi, Deskripsi, Eksposisi, dan Argumentasi. Available at: http://adegustiann.blogsome.com/muslim-blogger. Diakses pada tanggal 24 November 2012.
Fauzi, Herman. (Oktober 2011). TNUK dalam Degradasi Ekologis. Available at: http://wgcop.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 24 November 2012.
Lutfhi. (2009). Banyak Jalan Menuju Roma, Banyak Cara Analisis Media Massa. Available at : http://luthfimadura.wordpress.com.Diakses pada tanggal 24 November 2012.

2 komentar:

  1. Pa Encang koq tidak ada analisis wacananya....

    BalasHapus
  2. Cek cek cek... Analisis wacana seperti apa sih pa Hasbi ? ...

    BalasHapus